Lagu Natal, Rumah, Bapak dan Ibu
Lagu Natal, Rumah, Bapak dan Ibu
(sudah terbit di hipwee community)
Bagiku, lagu natal dalah kunci
untuk membuka pintu memori tentang rumah, Bapak dan Ibu.
Hidup sendiri dan jauh terpisah
dari rumah dan orang tua, bagaimanapun membuatku merindukan suasana
menyenangkannya rumah, hijaunya rumput manis dihalaman rumah, aroma khas jahe
yang ibu tanam dibawah jendela, jejalar daun sirih merah, wangi daun kunyit
yang terkoyak, jeruk nipis yang berbuah ranum dan sepohon jeruk yang tumbuh di
sudut depan dinding kamar mandi. Ahh.. rumahku warna biru, aku rindu.
Lagu natal, entah bagaimana
membuatku selalu teringat pada Bapak. Bapak yang sukanya ngobrol sampai subuh.
Bapak itu setengah aku. Ibaratnya, ia tampak di dalam cermin jika aku sedang
berdiri di depan cermin, atau sebaliknya ia di depan dan aku di dalam. Kami
berdua bukanlah orang dengan tipe “9-5” (tidur pukul sembilan malam dan bangun
pukul lima di pagi hari). “Kopi” adalah minuman favoritku dan bapak, tapi
setelah ia terserang penyakit yang disebut “diabetes” itu, sekarang kopi
hanyalah kenangan untuknya. Ahh Bapak, si cinta pertama. Percaya atau tidak,
cinta bapak adalah yang paling nyata. Dalam peluknya, jiwa lemah terkuatkan.
Entah bagaimana bisa genggamannya begitu hangat dan ciumnya selalu sejuk. Saat
air mata jatuh karena cita tak tercapai, pelukan bapaklah yang kembali memberi
semangat baru. Jauh dari rumah membuatku rindu pada Bapak. Aku rindu ngobrol
sampai subuh, ngobrol tentang apa saja; fisika, sekolah, rumah, agama, adat,
gosip politik terbaru, cara bercocok tanam, bapaknya, ibunya, masa kecilnya,
anak perempuan dan laki-lakinya, cucunya, ayamnya, motornya, sawahnya, temanya,
masa depan, apapun itu, yah apa saja. Ternyata aku sangat merindukan bapak. Aku
rindu mendengar kalimat : “Ada yang mau dibilang ke bapak?” yah,,walaupun
sering mendengar kalimat itu via telepon, tapi rasanya sangat ingin
mendengarnya langsung berhadapan muka dengannya. Kalimat itu sangat luar biasa
untukku, saat bapak mengatakan demikian, itu artinya dia sedang memberikan
kesempatan untuk meminta apapun darinya. Jika dapat dipenuhi olehnya, pasti
akan dikabulkan. Ahh bapakku, sayangku, aku rindu.
Lagu natal, entah bagaimana
membuatku selalu teringat pada Ibu. Ibu yang aku panggil dengan sebuatan
“Mamak”. Aroma dan rasa kopi buatan mamak itu beda, tak kutemukan dimanapun aku
pernah singgah untuk sekedar minum kopi. Mamakku itu perempuan terlembut di
muka bumi, kebalikan dari bapak yang tegas namun tetap menyenangkan. Itulah
mungkin sebabnya mereka sangat serasih, sangat cocok, saling melengkapi satu
sama lainnya. Mamak adalah wanita terbaik bapak. Dia sudah menjadi candu untuk
bapak. Bersenandung ia bolak-balik kamar, ruang tengah, dapur, kamar mandi,
halaman rumah, belakang rumah. Semua sudut rumah telah dikuasainya dengan
sangat detail. Mamak suka sekali merawat tanaman. Ditanaminya bunga-bunga di
dalam pot dan disusunnya rapi berjejer di depan rumah di atas lantai teras.
Setiap pagi disapunya halaman rumahku yang hijau ditumbuhi rumput manis dan
sorenya disiraminya bunga-bunga keladi warna-warni dan tanaman lainnya yang ada
di depan rumah. Entah
sudah berapa banyak hari yang telah dilaluinya, dengan sigap menyiapkan kopi, sarapan pagi, makan
siang dan malam, menyiapkan air panas untuk bapak mandi, membuka dan menutup
jendela, membersihkan rumah, menyalakan lampu-lampu dan kemudian mematikan
kembali, mengurus suami, mengurus anak, mengurus cucu, tak lupa mengurus
ternaknya dan tanaman di halaman rumah. Ahh banyak sekali yang harus ia
kerjakan. Mamakku sangat suka bekerja. Aku bahkan heran kenapa ia tidak pernah
diam barang sehari, duduk santai di depan tv sambil menikmati kopi dalam waktu
yang lama ya? Ada saja yang ia lakukan. Jika ia lelah, berselonjor ia di kursi
berpenyanggah kayu di ruang tengah. Di tempat favoritnya itu, berselonjor ia
dengan kacamatanya yang miring tak terhiraukan oleh kantuk. Ahh mamakku
perempuan lembut, perkasa yang anggun, aku rindu.
Entah
bagaimana, setiap kali aku mendengar lagu natal, aku selalu ingat rumah, Bapak
dan Mamak. Apakah karena hanya moment itu yang selalu bisa aku rayakan bersama
dengan mereka di rumah? Lagu natal selalu mengingatkanku pada rumah, Bapak dan Mamak.
Saat mendengarnya terlantun, aku merasa seperti dibawa ke suasana rumah. Saat
mendengarnya, aku selalu ingin pulang ke rumah. Saat aku rindu Bapak, Mamak dan
rumah, kupasang lagi ke telingaku, headset
yang tersambung ke kumpulan lagu natal di pemutar musik smartphoneku. Lagi dan lagi, biar kunikmati sendiri lantunan lagu
natal ini. Yah.. sendiri, tak ingin berbagi. Ahhh... aku rindu Bapak, Mamak dan
Rumah.
Komentar
Posting Komentar