model pembelajaran Quantum

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA.
Oleh
Sondang Martini Kurie Siregar
Abstract

Physics is one of the subjects in the school curriculum. Physics is classed as a difficult subject by students and the general public. The low value of physics students in the school at result several things, among others: a) Lack of student motivation. b) Students do not find comfort in terms of structuring the place, learning, and teaching methods of teachers in the learning process. c) response or a negative response is more dominant than the positive response received by students in the learning environment, and so forth. Therefore, it is necessary to repair the system of teaching which has been more dominant in the conventional model leads to better learning model that can make students learn faster with a comfortable, fun and meaningful. Learning models that are tailored to the working system and harmonize the brain and Intelligence Quotient Emotional Quotient. Learning model in question is the learning model Quantum. Quantum Teaching is learning a festive arrangement, with all the nuance, which includes all the connections, interactions, and differences that maximize learning moments.
Keywords : learning model quantum, studied physics results.
I.     PENDAHULUAN
Fisika dikembangkan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas. Hal ini didasarkan dari tujuan fisika, yakni mengamati, memahami dan memanfaatkan gejala-gejala yang melibatkan zat (materi) dan energi (BNSP,2006).
Beberapa alasan yang diutarakan sebagai penyebab rendahnya nilai fisika siswa di sekolah antara lain adalah : a)Rendahnya  motivasi belajar fisika siswa. b)Siswa tidak menemukan kenyamanan baik dari segi penataan tempat, cara belajar, maupun metode pengajaran guru dalam proses pembelajaran. c) Respon ataupun tanggapan negatif yang lebih dominan dari pada respon positif yang diterima siswa dalam lingkungan belajar dan lain sebagainya.
Tulisan ini berupaya menunjukkan perlu ada perbaikan dalam sistem mengajar yang selama ini lebih dominan mengarah pada model konvensional ke model pembelajaran yang lebih efektif membuat siswa belajar lebih cepat dengan nyaman, menyenangkan dan bermakna. Model pembelajaran yang disesuaikan dengan sistem kerja otak dan menyelaraskan Emotional Quotient dan Intelligence Quotient. Dalam hal ini model pembelajaran  yang dimaksud adalah Model Pembelajaran Quantum. Quantum Teaching bagi sang Guru dan Quantum Learning bagi si siswa. Artinya, guru diharapkan menjadi Quantum teacher dan siswa menjadi Quantum learner.

II.      KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran Quantum adalah model pembelajaran yang bermula dari sebuah kegiatan yang benama SuperCamp dilaksanakan pada tahun 1992 yang dikembangkan oleh DePorter. Kata Quantum bukan hal baru dalam dunia pendidikan fisika. Jika kita mendengar kata Quantum, yang kita ingat adalah rumus fisika yang terkenal yaitu E = mc2. Dimana Quantum merupakan interaksi yang mengubah massa menjadi energi. Dalam pembelajaran ini  interaksi yang dimaksud adalah mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi energi yang akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan juga orang lain.
DePorter et al.(2010) Quantum Teaching adalah penggubahan cara belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
Yang menjadi menarik adalah  Model Pembelajaran Quantum memberikan  ruang yang lebih luas bagi siswa untuk mampu mengembangkan pengalaman belajar. siswa mengkonstrusksi sendiri pengetahuannya secara kontekstual dan merasa  nyaman untuk memperluas zona belajarnya untuk menguasai proses dan produk fisika. Quantum Teaching merangkaikan sebuah paket multisensori, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak, dan pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan siswa untuk berprestasi.
Dalam Deporter et al. (2010) dijelaskan bahwa, Quantum Teaching memiliki asas utama yaitu “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Materi pelajaran dikaitkan dengan peristiwa pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, dan juga akademis mereka. Fisika dipelajari secara terpadu sehingga siswa memahami konsep dan memperoleh makna dari apa yang mereka pelajari. Mereka akan termotivasi untuk belajar fisika karena mereka dapat menemukannya dalam berbagai bidang kehidupan.
Quantum Teaching memiliki 5 prinsip utama yaitu : 1). Segalanya berbicara, 2). Segalanya bertujuan, 3). Pengalaman sebelum pemberian nama, 4). Akui setiap usaha, dan 5). Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan.
Quantum Teaching hampir  sama dengan penggubahan sebuah simfoni, yang unsurnya terdiri dari Konteks dan Isi.Konteks adalah latar pengalaman. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musik (suasana), keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama (landasan), dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. Dalam pembelajaran fisika hal tersebut di atas merupakan unsur dalam proses memperoleh produk fisika dimana guru sebagai konduktor dan siswa sebagai pemain musik.
Isi, dianggap sebagai lembaran musik itu sendiri sebagai not-not nyata pada sebuah halaman. Isi meliputi fasilitasi sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen. Isi dalam hal ini adalah produk fisika yang dapat dilihat secara nyata dari hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.1. Mengorkestrasi Kesuksesan Melalui Konteks.
Menurut Deporter et al. (2010), konteks terdiri atas suasana, lingkungan, landasan dan rancangan. Dalam pembelajaran fisika hendaknya dibangun suasana yang memberdayakan, dimana guru membangun hubungan dengan siswa, menjalin rasa simpati yang positif.  Dalam pembelajaran perlu memperhatikan dan memanfaatkan lingkungan untuk mendukung proses pembelajaran. Pembelajaran fisika dilaksanakan dengan cara kontekstual, dimana siswa akan memperoleh makna dari apa yang mereka pelajari dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks kehidupannya sehari-hari. Landasan merupakan kerangka kerja yang berupa tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Sedangkan rancangan belajar yang dinamis berupa penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.

2.1.2.      Mengorkestrasi Suasana Yang Menggairahkan
Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar akademis (Walberg dan Greenberg, 1977) dalam Deporter et al. (2010). Menggubah suasana penuh kegembiraan dalam pembelajaran fisika akan membuat siswa lebih bergairah dan tidak akan merasa tertekan dan takut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Karena emosi positif akan meningkatkan kekuatan otak siswa untuk pemerolehan kehormatan diri yang terus menginginkan keberhasilan.

2.1.3.      Mengorkestrasi Landasan Yang Kukuh
Dalam hal ini perlu ditetapkan tujuan yang sama, prinsip-prinsip yang sama, keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar, kesepakatan, prosedur dan peraturan yang jelas dan menjaga komunitas belajar fisika untuk tetap berjalan dan tumbuh. Dalam Quantum Teaching, dikenal 8 prinsip yang disebut 8 keunggulan yaitu:
1.    Integritas (kejujuran).
2.    Kegagalan awal kesuksesan.
3.    Bicaralah dengan niat baik.
4.    Hidup di saat ini.
5.    Komitmen.
6.    Tanggungjawab.
7.    Sikap luwes atau fleksibel.
8.    Keseimbangan.

2.1.4.      Mengorkestrasi Lingkungan Yang Mendukung
Mengorkestrasi lingkungan yang mendukung dapat berupa pembuatan poster ikon, poster afirmasi dan penggunaan warna, Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksibel, adanya musik , penambahkan tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya yang dapat mendukung pengorkestrasian lingkungan. Alat bantu juga dapat yang mewakili suatu gagasan yang akan membantu anak yang sangat kinestetik untuk memahami apa yang disampaikan guru. Dalam pembelajaran fisika, sebaiknya ada media pembelajaran untuk kegiatan praktikum maupun alat demonstrasi yang membantu siswa untuk mampu memahami konsep fisika lebih mendalam.

2.1.5.      Mengorkestrasi Kesuksesan Siswa Melalui Rancangan Belajar Yang Dinamis.
Menurut Deporter  et al. (2010), dimulai dari asas quantum teaching yaitu; bawalah mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk menjembatani antara dunia kita dan dunia mereka akan memudahkan guru untuk membangun  jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.
Kerangka perancangan dalam quantum teaching (sintaxmatyc) adalah sebagai berikut :
Tumbuhkan            : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK (Pertanyaan motivasi, AMBAK = Apa Manfaatnya Bagiku ?). Guru baiknya menjelaskan manfaat mengapa siswa harus mempelajari materi fisika yang akan mereka pelajari.
Alami                       : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Pertanyaan-pertanyan motivasi akan menimbulkan keingin tahuan siswa sehingga kemampuan inkuiri atau menemukan sendiri mereka akan berkembang sehingga mereka mampu  mengembangkan observasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas
Namai                      : Berikan data, tepat pada saat minat memuncak.
Demonstrasikan     : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka mengahayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Siswa akan mampu belajar fisika secara kontekstual menghubungkan kegiatan akademiknya dengan dunia nyata untuk memperoleh makna dalam proses dan pencapaian produk fisika.
Ulangi                      : Rekatkan gambaran keseluruhannya.
Rayakan                  : Jika layak untuk dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan.
Selain dari semua itu, penggunaan metafora, perumpamaan dan sugesti sangat baik digunakan dalam mengorkestrasi kesuksesan siswa.

2.1.6.      Mengorkestrasi Kesuksesan Melalui Isi
Dalam quantum teaching, seperti dalam simfoni, isi mencakup presentasi ringkas tapi bergairah, anggun tapi menarik. Dalam pemerolehan proses dan produk fisika akan tampak pada hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

2.1.7.      Mengorkestrasi Presentasi Yang Prima
Menurut Deporter et al.  (2010), ada 7 pedoman untuk presentasi yang sukses yaitu:
1.    Pahamilah apa yang anda inginkan
  Pahamilah tujuan kognitif, afektif, dan fisik untuk setiap kegiatan.
2.    Binalah jalinan
  Berbaktilah kepada siswa. Kenalilah mereka, pahami latar belakang, minat, kegagalan, dan kesuksesan mereka di masa lalu. Ini akan membangun kredibilitas anda dan menyediakan jembatan ke dunia mereka.
3.    Bacalah mereka
  Waspadai tanda-tanda dalam perilaku, sikap, dan bahasa yang memberikan informasi mengenai keadaan siswa sekarang ini. Mintalah umpan balik mereka saat ini mengenai pengaruh pengajaran, serta pemikiran dan reaksi yang ditimbulkannya, sehingga anda dapat menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan mereka.
4.    Targetkanlah keadaan mereka
  Orkestrasikan keadaan siswa untuk menyiapkan mereka dalam mencapai sukses.
5.    Capailah modalitas kerja
  Melalui pola bahasa, suara, gerak, dan kegiatan, libatkan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik siswa.
6.    Manfaatkanlah ruangan
  Seluruh ruangan adalah panggung. Manfaatkan berbagai tempat sebagai tambahan : presentasi, umpan balik, instruksi awal, pertemuan.
7.    Bersikaplah tulus
  Sampaikan pesan yang terbuka, jujur, dan adil secara tulus dan kongruen.

2.1.8.      Mengorkestrasi Fasilitasi Yang Elegan
Fasilitasi media pembelajaran dengan memperhatikan relevansinya terhadap materi pelajaran fisika yang dipelajari. Hal ini akan memaksimalkan hasil belajar fisika siswa.

2.1.9.      Mengorkestrasi Keterampilan Belajar
Menurut Deporter et al. (2010), siswa belajar lebih cepat dan lebih efektif jika mereka menguasai keterampilan penting sebagai berikut :
·      Konsentrasi terfokus.
·  Cara mencatat.
·  Organisasi dan persiapan tes.
·  Membaca cepat.
·  Teknik mengingat.
Guru memaksimalkan gaya belajar siswa, dengan cara membuat mereka menyadari modalitas gaya belajar mereka masing-masing. 
2.1.10.  Mengorkestrasi Keterampilan Hidup
Menurut Deporter et al. (2010), dalam membangun konteks quantum teaching, keterampilan hidup akan membantu membentuk dan mengorkestrasi suasana dan landasan. Dapat dikatakan bahwa dalam hal ini akan tampak nurturant effect dari pelajaran fisika dengan pengaplikasian dalam pembelajaran maupun kehidupan nyata.

2.1.11. Mengorkestrasi Kesuksesan Melalui Praktik
Dengan semua penjelasan sebelumnya maka pengaplikasiannya dalam dunia nyata adalah praktik langsung untuk mengorkestrasi kesuksesan siswa. Guru dan siswa bersama-sama dalam mencapai sukses yang mereka ingin capai.
Dari beberapa pendapat diatas tampak bahwa model pembelajaran Quantum dapat membantu siswa berhasil dalam belajar fisika. Bukan hanya untuk sekedar mengetahui teori dan praktik, namun dalam waktu yang bersamaan siswa dapat merasakan rasa gembira, kepercayaan diri dan kehormatan diri dalam belajar. Selain itu mereka akan memperoleh keterampilan-keterampilan belajar maupun dampak pengiring (nurturant effect) yang terus akan memacu mereka untuk lebih berhasil. Ini dikarenakan model pembelajaran Quantum mengorkestrasi belajar melalui konteks dan isi dengan penyesuaian sistem kerja otak manusia.
Sehingga sesuai dengan rumus relativitas Einstein, E = m.c2 yang menjadi inspirasi pemberian nama model Pembelajaran Quantum, dalam pembelajaran ini siswa dengan semua potensinya dianggap sebagai massa yang kemudian diubah menjadi energi berupa peningkatan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut.

2.2.  Teori-teori Pendidikan Yang Mendukung Model Pembelajaran Quantum.
Teori pembelajaran dipercepat atau accelerated learning merupakan hasil eksperimen dari Dr. Georgi Lozanov dimana sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Waluyo (2008) dan DePorter et al. (2010).
Teori multiple intelligences atau kecerdasan berganda mengemukakan mengenai arti kecerdasan manusia. Menurut Gardner kecerdasan diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang beragam dan dalam situasi yang nyata. Ia  mengatakan sekurang-kurangnya ada sembilan kecerdasan yang patut diperhatikan secara sungguh-sungguh sebagai cara pikir yang penting. Kecerdasan tersebut adalah : (1) Kecerdasan Linguistik, (2) Kecerdasan logis-matematis, (3) Kecerdasan spasial, (4) Kecerdasan musikal, (5) Kecerdasan naturalis, (6) Kecerdasan kinestetik-jasmani, (7) Kecerdasan antar pribadi, (8) Kecerdasan intrapribadi (dalam diri sendiri), (9) Kecerdasan eksistensialis (Siregar dan Nara, 2010).
Menurut Wikipedia Indonesi Ensiklopedia bebas (2011), Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi dan perubahan personal. Grinder dan Bandler mengungkapkan persepsi sensorik, yakni setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indera dalam terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditorial, Kinestetik, Olfactory, Gestator). Setiap individu mengembangkan kemampuannya dengan cara mencari tahu bagaimana cara kerja pikiran diri sendiri, pahami pula bagaimana pikiran individu lain dapat bekerja dengan cara yang berbeda.
Selain itu masih banyak lagi teori pembelajaran yang mendasari model pembelajaran quantum yang pada prinsipnya, saling memiliki persamaan dan keunggulan yang relevan untuk dikembangkan dalam model pembelajaran quantum. Beberapa teori lain seperti teori otak kanan/kiri, teori triune (3 in 1), pilihan modalitas (Visual, Auditorial, Kinestetik), pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar berdasarkan simbol, simulasi permainan .
Dari penjelasan teori-teori pendukung model pembelajaran di atas, maka model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang mengacu pada penyesuaian sistem kerja otak, berpangkal pada psikologi kognitif, bersifat humanistik dan konstruktivistik. Model pembelajaran Quantum juga memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, menekankan pada pemercepatan belajar dengan taraf keberhasilan tinggi, menekankan kealamiahan dan kewajaran dalam pembelajaran,menyeimbangkan keterampilan akademis dan keterampilan hidup, menanamkan nilai dan motivasi yang positif, memandang keberagaman sebagai suatu interaksi yang wajar, mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran Quantum memadukan konteks dan isi untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

2.3.  Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses untuk memperoleh pengetahuan (produk dan proses fisika) yang mencakup ranah kognitif, afektif dan juga psikomotorik. Dimana belajar dapat berlangsung secara formal di sekolah dalam jenjang pendidikan tertentu, ataupun secara informal dalam interaksi terhadap lingkungan sehari-hari. Belajar membuat perilaku sipebelajar berubah ke arah yang semakin baik, dan waktu dalam belajar tidak terbatas ataupun terjadi sepanjang hayat. Seperti dikemukakan juga oleh Deporter et al. (2010), belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh resiko, dan menggairahkan. Belum ada kata “tahu” di sana. Kesalahan, kreativitas, potensi, dan ketakjuban mengisi tempat tersebut.

2.4.  Hakikat Fisika
Fisika pada hakikatnya adalah proses dan produk. Dalam hal ini, proses merupakan cara untuk memperoleh produk fisika yang berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan juga postulat.

2.5.  Hasil Belajar Fisika
Dimana hasil belajar fisika siswa merupakan perubahan yang diperoleh siswa dari semua kegiatan pembelajaran baik dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik serta dampak pengiring (nurturant effect) yang diperoleh siswa setelah belajar fisika.

III.    Kesimpulan
I.         Penerapan model pembelajaran Quantum secara langsung dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa yang akan ditandai dengan meningkatnya nilai fisika siswa.
II.      Penerapan Model Pembalajaran Quantum secara tidak langsung  membuat siswa mengetahui bahwa belajar fisika bukan hanya tentang apa saja yang dipelajari tetapi mengapa dan bagaimana cara mempelajarinya. Siswa juga mampu berkomunikasi dengan baik terhadap guru maupun teman dalam proses saling menukar informasi, siswa memiliki rasa percaya diri dan kehormatan diri yang memacu motivasi positif dan sikap ilmiah, serta memperoleh keterampilan belajar dan keterampilan hidup dari apa yang mereka temukan dalam proses pembelajaran yang akan berguna bagi diri mereka sendiri maupun orang lain.







DAFTAR ACUAN
Deporter, Bobby et al., 2010, Quantum Teaching, Bandung, Kaifa.
Deporter, Bobby dan Hernacki, M, 2009, Quantum Learning, Bandung, Kaifa.
Djamarah, B.S dan Zain,A, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta..
Sanjaya,
Wina, H, 2010, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Siregar, Eveline dan Nara, H, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor, Ghalia Indonesia.
Uno, Hamzah B , 2008, Model Pembelajaran Jakarta, Bumi Aksara.
Walujo, Adi Djoko, 2008, Quantum Learning – Quantum Teaching, Kafeguru.blogspot.com.
Suryono, Djoko, 2010, Model Pembelajaran, tathachay-tha.blogspot.com
Anonim , 2011, Neuro-Linguistic Programming, Wikipedia Ensiklopedia Bebas
Anonim, 2011, Model Experiential Learning, nlearning.wordpress.com.
Herdian, 2009, Model Pembelajaran Quantum, Herdy07.wordpress.com.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MATERIAL

Titik-titik Menjadi garis (Lukisan Kurie)