Debu yang menerka-nerka, mencari-cari jalan ke "Amin"
Saat aku melihat dengan mata sebelah kiri, entahlah bagaimana
jika dengan menggunakan mata sebelah kanan atau sekaligus dengan dua mata atau
jika dengan memakai kaca mata, atau dengan memakai teropong sambil berkacamata,
atau yang lainnya...
Saya pikir,
Jika ingin memperbaiki yang kamu pikir perlu diperbaiki dari
sikap dan pola laku hidup orang lain, maka yang pertama haruslah memperbaiki
diri sendiri.
Membangun untuk menjadi berdampak pada sekitar, adalah diawali
dengan membangun dalam diri sendiri.
Kesetimbangan itu perlu, agar tidak jomplang.
Perkataan harus sesuai dengan perlakuan.
Jika demikian, lebih banyaklah berkata dari perlakuan, karena
yang disampaikan laku akan lebih mengena ke hati daripada sekedar kata yang
disampaikan mulut.
Mulut yang busuk aromanya bau dan perlakuan baik adalah
wewangian yang aromanya sampai ke semua penjuru.
Seperti halnya hati adalah bejana, maka apa yang kita
masukkan ke dalamnya, itulah isinya.
Hati dan pikiran manusia menimbang-nimbang apa yang akan
dilakukan raga untuk hari esok, tapi Tuhanlah yang punya kuasa.
Pikiran Tuhan tidak terselami. Rahasianya banyak, kamu tidak
akan pernah tahu jika tidak dituntun olehNya.
Bahkan lewat mimpi seorang nabi dapat diberiNya Wahyu,
Bukankah mimpi manusia juga banyak? Apa bedanya?
Kamu tidak akan tahu, karena kamu adalah debu.
Imago Dei, Solagratia, Hidup adalah fana, Tuhan dan firmanNya
adalah mutlak benar dan kekal.
Jika fana, kenapa harus berlelah-lelah bekerja di bawah
matahari?
Tapi Tuhan itu ada.
Kamu adalah saksi keberadaanNya.
Kamu ciptaanNya yang adalah debu.
Bahkan debu bisa diciptakan menjadi periuk dan bejana-bejana.
Begitupun kamu, diciptakan untuk tujuan yang mulia
Kamu dan aku tidak akan mengerti dan memahami karena kamu dan
aku adalah debu.
Debu yang diciptakan penciptaNya, mungkin saja akan menjadi
periuk atau bejana atau yang lainnya.
Jika sudah diciptaNya, berarti ada gunanya.
Tapi rahasia Tuhan itu adalah misteri yang kita coba untuk
menerka-nerkanya.
Bagaimanapun, kita hanya berusaha untuk menerka-nerka, maka
menerkalah yang baik.
Kita adalah debu.
Debu yang menerka-nerka
Mencari-cari jalan ke “Amin”
Komentar
Posting Komentar