Teruntuk Ibuku yang ku panggil "Mamak"
Mamak
Perempuan lebih setengah abad
berselonjor di atas kursi berpenyanggah kayu
kacamatanya miring tak terhiraukan oleh kantuk
tubuhnya tak lagi segemuk dulu
kerutan itu terlihat semakin jelas dan bintik-bintik tahi lalat yang muncul setelah semakin menua bertambah
namun parasnya aku pikir masih saja sama "cantik"
Mamak,,
Si perempuan tangguh yang bergumul dengan waktu
Anak-anaknya bahkan semakin tua saja
Entah sudah berapa banyak hari yang telah dilaluinya
menyiapkan kopi, sarapan pagi, makan siang dan malam, menyiapkan air panas untuk bapak mandi, membuka dan menutup jendela, membersihkan rumah, menyalakan lampu-lampu dan kemudian mematikan kembali, mengurus suami, mengurus anak, mengurus cucu, tak lupa mengurus ternaknya dan tanaman di halaman rumah..
Ahh banyak sekali yang harus ia kerjakan.
bahkan dulu sekali waktu
ia harus berjuang di bawah terik demi padi-padi yang akan dijual kemudian
untuk menambah penghasilan gaji bapak yang tak seberapa
Perempuan tangguh yang berjalan di pematang sawah di bawah terik
juga dengan senjata parangnya, entah berapa ribu buah cacao yang telah menjadi korbannya pada lampau itu.
Perempuan sigap itu telah menjadi candu untuk bapak
bersenandung lembut ia bolak balik dapur, kamar mandi, ruang tamu, kamar, ruang keluarga, kandang ayam di belakang rumah, bahkan halaman rumah kita yang hijau.
yah,, mamak selalu menyiram bunga-bunga di halaman rumah kami yang hijau
Perempuan yang berselonjor terkantuk di bangku berpenyanggah kayu itu ibuku
Si Oppung boru yang lemah lembut sekaligus tangguh tak tergoyah
Si perempuan terbaik bapak
Yang bukan hanya dicintai olehnya saja
Si Mamak,, ucapku di bibir yang tersenyum bangga
Mak,, istirahatlah sebentar berselonjor di bangku berpenyanggah kayu
toh sebentar lagi cucu-cucumu akan mengganggu tidurmu yang sejenak itu.
Kami mencintaimu..
Perempuan lebih setengah abad
berselonjor di atas kursi berpenyanggah kayu
kacamatanya miring tak terhiraukan oleh kantuk
tubuhnya tak lagi segemuk dulu
kerutan itu terlihat semakin jelas dan bintik-bintik tahi lalat yang muncul setelah semakin menua bertambah
namun parasnya aku pikir masih saja sama "cantik"
Mamak,,
Si perempuan tangguh yang bergumul dengan waktu
Anak-anaknya bahkan semakin tua saja
Entah sudah berapa banyak hari yang telah dilaluinya
menyiapkan kopi, sarapan pagi, makan siang dan malam, menyiapkan air panas untuk bapak mandi, membuka dan menutup jendela, membersihkan rumah, menyalakan lampu-lampu dan kemudian mematikan kembali, mengurus suami, mengurus anak, mengurus cucu, tak lupa mengurus ternaknya dan tanaman di halaman rumah..
Ahh banyak sekali yang harus ia kerjakan.
bahkan dulu sekali waktu
ia harus berjuang di bawah terik demi padi-padi yang akan dijual kemudian
untuk menambah penghasilan gaji bapak yang tak seberapa
Perempuan tangguh yang berjalan di pematang sawah di bawah terik
juga dengan senjata parangnya, entah berapa ribu buah cacao yang telah menjadi korbannya pada lampau itu.
Perempuan sigap itu telah menjadi candu untuk bapak
bersenandung lembut ia bolak balik dapur, kamar mandi, ruang tamu, kamar, ruang keluarga, kandang ayam di belakang rumah, bahkan halaman rumah kita yang hijau.
yah,, mamak selalu menyiram bunga-bunga di halaman rumah kami yang hijau
Perempuan yang berselonjor terkantuk di bangku berpenyanggah kayu itu ibuku
Si Oppung boru yang lemah lembut sekaligus tangguh tak tergoyah
Si perempuan terbaik bapak
Yang bukan hanya dicintai olehnya saja
Si Mamak,, ucapku di bibir yang tersenyum bangga
Mak,, istirahatlah sebentar berselonjor di bangku berpenyanggah kayu
toh sebentar lagi cucu-cucumu akan mengganggu tidurmu yang sejenak itu.
Kami mencintaimu..
Mamakku T. Sianturi |
Komentar
Posting Komentar