sebuah persepsi tentang dosa
Bagaimana jika
saya punya pandangan yang berbeda mengenai konsep dosa?
Yang
jika saya simpulkan, kehendak bebas dalam diri kitalah yang menyebabkan kita
berdosa (melanggar perintah Allah). Jika demikian, kenapa kita bahkan
menyalahkan si Iblis? Sementara kitalah yang berkuasa atas kehendak diri kita.
Kehendak bebas dalam diri kita mungkin adalah ujian dari Allah, untuk menguji
kita apakah kita akan tetap setia kepadaNya atau tidak.
Yang
saya ketahui, dosa adalah pelanggaran terhadap Allah. Manusia pada awalnya
(Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Allah. Allah
melarang mereka untuk memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan
jahat, namun oleh bujuk rayu ular yang telah dirasuki oleh si iblis, Hawa
tergoda dan memakan buahnya dan kemudian memberikannya juga kepada suaminya
Adam. Akhirnya Adam dan Hawa melanggar perintah Allah. Itu adalah awal dosa
manusia, dimana akibat dosa itu adalah kematian.
Namun
sebelumnya, diceritakan bahwa Allah menciptakan manusia segambar denganNya.
Segambar denganNya jelas bukan dalam artian serupa dengan wajahnya secara
fisik. Jika secara fisik, maka wajah manusia bahkan seluruh detail tubuhnya
akan sama pada semua manusia di muka bumi ini. Segambar lebih kepada imitasi
diriNya. Jika imitasi maka artinya tiruan. Segala tiruan adalah sesuatu yang
meniru yang original atau asli.
Karakteristik Tuhan Allah adalah sebagai pribadi yang suci. Berarti manusia
juga meniru kepribadian Allah dan kesuciannya.
Allah
adalah Pribadi. Sebagaimana dalam ketritunggalannya Ia adalah Pribadi saat
menjadi Allah Bapa, saat menjadi Anak Allah (Tuhan Yesus Kristus) dan saat
menjadi Roh Kudus. Sebagai pribadi Allah memiliki pengetahuan, perasaan dan
kehendak diri. Tuhan menciptakan manusia segambar denganNya, maka kita juga
adalah pribadi. Pribadi yang memiliki pengetahuan, perasaan dan kehendak diri.
Tidak seperti patung-patung berhala yang disembah sebagai Baal (allah ciptaan) yang
tidak memiliki pengetahuan, perasaan dan kehendak diri. Karena mereka hanya
diam. Tidak dapat ditanya untuk diuji pengetahuannya atau memberi sebagai bukti
perasaannya dan bahkan tidak dapat berpindah tanpa bantuan manusia untuk
memindahkannya. (itulah saya pikir kenapa manusia yang masih mempercayai
barang-barang atau benda-benda pusaka yang dianggap keramat, atau menyembah
batu, patung, pohon dan benda lainnya adalah manusia yang sangat menyedihkan.
Karena yang mereka sembah bukan pribadi.) Kita manusia sebagai seorang pribadi
adalah bukti bahwa Tuhan Allah menciptakan kita segambar denganNya.
Allah
sebagai pribadi adalah sempurna. Pengetahuan Allah adalah sempurna. Semua orang
beragama selalu mengatakan dan mengimani bahwa Allah adalah Maha Mengetahui. Jika
demikian maka kita mempercayai bahwa Allah memiliki Pengetahuan tentang semua hal.
Sempurna. Sementara sebagai manusia yang adalah imitasiNya, pengetahuan kita
hanyalah terbatas. Yah,, namanya juga kita adalah imitasi alias tiruan, tapi
setidaknya kita juga memiliki pengetahuan meski terbatas. Yah karena kita
memang manusia, bukan Allah. Kita hanya tiruan. Biasanya jika tiruan tidaklah
sama dengan yang original, tetapi ada
sifat atau karakteristik dari original
yang ditiru oleh si imitasi.
Allah dengan perasaanNya juga adalah
sempurna. Maka setiap umat beragama meyakini dan mengimani bahwa Ia adalah
mahapengasih dan mahapenyayang, panjang sabar dan penuh kasih setia dan
mahaadil. Sementara manusia juga memiliki kasih sayang pada sesamanya, namun
seringkali kasihnya tidak setia dan tetap. Banyak rasa iri dan dengki dan semua
ketamakan serta kesombongan. Allah dengan kehendak diriNya menciptakan langit
dan bumi dan segala isinya. Semua diciptakanNya dalam keadaan baik dan
sempurna. Atas kehendakNya juga maka ia menyerahkan anaknya Yesus Kristus
sebagai korban penghapus dosa manusia. Sementara kehendak diri manusia adalah
lebih mengarah pada semua yang menyombongkan diri. Kehendak diri, kehendak
bebas yang Tuhan berikan sebagai anugerah sebagai “segambar” denganNya sering
membuat manusia malah mengabaikanNya. Padahal seharusnya dengan kehendak diri
atau kehendak bebas inilah kita dapat tetap mempertahankan iman kepada Allah.
Suci
artinya mencintai kebenaran dan membenci dosa dan kejahatan. Tuhan Allah adalah
mahasuci. Ia mencintai kebenaran dan membenci dosa. Sementara kesucian manusia
sudah hilang sejak pada kejatuhannya ke dalam dosa. Manusia bisa saja mencintai
kebenaran namun tidak serta merta membenci dosa atau kejahatan, atau mungkin
kebalikannya membenci dosa dan kejahatan tetapi tidak serta merta mencintai
kebenaran. Bahkan lebih parahnya, kehendak bebasnya membuatnya tidak mencintai
kebenaran dan tidak membenci dosa/kejahatan.
Iblis
adalah malaikat Allah yang murtad kepada Allah. Bintang timur putra fajar
adalah malaikat yang oleh kehendak bebasnya juga jatuh ke dalam dosa. Saya tidak
tahu, apakah malaikat diciptakan segambar dengan Allah. Namun dari cara dia
murtad dan mendurhaka pada Allah, saya pikir dia memiliki kehendak diri (dia
juga pribadi). Bahkan kehendak dirinya inilah yang menyebabkan ia ingin
menyamai Tuhan. Kesombongan adalah hal yang dipilihnya melalui kehendak bebas
yang Tuhan berikan. Maka dengan kehendak bebasnya itulah dia jatuh ke dalam
dosa. Dengan kehendak diri juga ia merasuki ular, dan menggoda Hawa untuk
mendurhaka kepada Allah. Hawa menuruti keinginan si Iblis karena kehendak bebas
dalam dirinya. Dengan kehendaknya juga ia mengajak suaminya Adam untuk memakan
buah yang dilarang Allah, dan dengan kehendak dirinya pula Adam mau memakan
buah yang ditawarkan oleh Hawa. Sementara Tuhan memberi mereka kehendak bebas,
seharusnya mereka tidak mengikuti ucapan si Iblis. Mereka berkuasa untuk
menolak iblis namun mereka malah lebih memilih mendengarkan rayuan iblis dari
pada larangan Allah. Jadi jika mereka seandainya tetap teguh mempertahankan
larangan Tuhan, mereka tidak akan jatuh ke dalam dosa. Tetapi kehendak bebas
mereka malah memilih untuk melanggar perintah Allah.
Jadi saya pikir, ada sesuatu yang
hebat dalam diri kita, yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Kita yang berkuasa
atas kehendak diri kita. Kehendak untuk bebas memilih antara menaati perintah
Allah atau malah melanggar perintah Allah. Jika demikian, kehendak bebas kita
jugalah yang selalu mengkambinghitamkan dosa kita akibat si Iblis. Padahal dosa
kita adalah hasil dari pertimbangan kehendak bebas kita. Kehendak diri kita
sebagai pribadi. Pribadi yang seharusnya segambar dengan Allah. Jika segambar
dengan Allah, seharusnya bukankah kita akan meniru sifat-sifat IlahiNya.
Komentar
Posting Komentar