Imitation Of Christ
I m i t a s
i
(Saya Kristen)
Dalam waktu-waktu terakhir ini, saya
memikirkan beberapa hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan sebagai sesuatu
hal yang “spesial”, bagaimana pentingnya memahami hubungan saya dengan Tuhan
saya. Saya seorang Kristen. Saya
pernah memuat satu kalimat yang menerangkan tentang diri saya di salah satu
akun sosial media milik saya. Dalam rangka memperkenalkan diri saya kepada
pengguna akun lain, secara administratif akun tersebut meminta saya untuk
mengisi profil mengenai diri saya. Selain nama dan info kontak dasar lainnya,
saya memuat kutipan yang mewakilkan diri saya. “Imitation of Christ”
demikian kutipan yang saya buat. Kutipan itu saya buat berdasarkan pengalaman
saya, setelah mendengarkan kotbah dari seorang pendeta di salah satu gereja
yang pernah saya singgahi untuk mengikuti ibadah kebaktian Minggu. Bapak
pendeta tersebut mengatakan bahwa: “Kriten
itu berasal dari kata Christian. Christian itu berasal dari kata Crist. The meaning of Cristian is
the Imitation of Crist.” Imitasi artinya adalah tiruan. Jika tiruan,
maka ada karakteristik (sifat) di dalamnya yang mengikuti atau yang sama atau
hampir sama dengan yang original
(asli). Saya sebagai orang Kristen adalah tiruan dari Tuhan, maka dikatakan
segambar. Kedudukan saya sebagai Imitation
of Crist adalah mengupayakan diri saya untuk meniru sifat-sifat dari Tuhan
itu sendiri (Original).
Suatu hari, saya pernah membaca update_an salah satu teman Facebook (fb) saya, yang saya lupa
detail kalimatnya, namun intinya, dia mengatakan ; Sehebat apapun dia, dia tidak akan pernah berani menyatakan bahwa
dirinya adalah tiruan dari Tuhan. Oke. Kata-katanya mengingatkan saya pada
kutipan yang saya buat di salah satu akun sosial media milik saya yang telah
saya sebutkan sebelumnya. Hati nurani saya yang tidak murni dengan seketika membuat
saya beranggapan bahwa mungkin saja dia telah membaca kutipan saya dan tidak
menerima tentang hal itu, karena menganggap saya meninggikan diri, seolah saya
adalah imitasi Kristus nomor wahid dan
siapa saya ini yang berani-beraninya
mengatakan dirinya sebagai imitation of Crist ?
Oke. Saya tidak bermaksud dan tidak
berniat sama sekali untuk meninggikan diri saya, seolah saya adalah seorang
suci tanpa dosa yang berani-beraninya menyejajarkan diri saya dengan Tuhan.Tidak! Saya tidak bermaksud demikian. Saya hanya
bermaksud menyatakan bahwa saya adalah seorang Kristen. “I am a Christian and I am an imitation
of Christ.” Saya adalah manusia yang diciptakan Allah segambar
denganNya dan akan menjadi tiruanNya yang meniru sifat-sifatNya. Segambar
denganNya, teman sekerjaNya (Imagodei).
Sebagai seorang yang segambar
dengaNya, saya mewarisi karakteristikNya, yaitu sifat Allah yang Suci dan
sebagai Pribadi. Sifat Kesucian dan Pribadi Allah adalah sempurna dan tidak
berubah. Kesucian Allah adalah mencintai kebenaran dan membenci dosa. Saya
menyadari bahwa kesucian saya sudah tidak murni sejak Bapa leluhur saya Adam
jatuh ke dalam dosa. Kehendak bebas dalam diri saya membuat kesucian itu tidak
bisa sama lagi dengan apa yang Tuhan berikan pada mulanya. Sebagai manusia,
saya bisa saja mencintai kebenaran dalam suatu selang waktu tertentu, namun
tidak benar-benar membenci dosa atau kejahatan. Atau saya bisa saja membenci
dosa namun tidak serta merta dalam mencintai kebenaran. Atau saya tidak
mencintai kebenaran dan sekaligus tidak membenci dosa. Kesucian saya sebagai
manusia yang meskipun segambar dengan Tuhan Allah tidak lah sebanding denganNya.
Saya terbelenggu oleh dosa, dan hati nurani saya yang seharusnya selalu mendengarkan
suara Allah seringkali saya abaikan sehingga, tidak selalu dalam hidup saya,
saya memutuskan segala hal sesuai dengan yang Tuhan mau. Kehendak bebas diri
saya sering yang menyebabkan saya
berdosa.
Tuhan Allah sebagai pribadi yang
memiliki pengetahuan, perasaan dan kehendak diri juga adalah sempurna. Sebagai
Pribadi yang memiliki pengetahuan Ia adalah mahatahu, maha mengetahui segalanya. Sebagai Pribadi yang memiliki
perasaan, Tuhan adalah mahakasih.
Kasih Allah itu sempurna, Ia juga mahabenar
dan mahaadil, penuh rahmat dan kemurahan.
Kehendak diri Allah adalah sempurna dalam kebenaran, keadilan, kemurahan,
kekekalan, kesetiaan, kesucian. Allah adalah mahatahu, mahakuasa, mahahadir,
mahasuci, mahakasih, penuh kesetiaan, kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan
kemurahan yang sempurna.
Sementara saya sebagai pribadi adalah
seseorang yang memiliki pengetahuan yang terbatas, perasaan yang dapat
dipengaruhi situasi dan kondisi, artinya saya tidak stabil dan tidak konstan
serta tidak sempurna seperti Allah saya. Kehendak diri saya adalah salah satu
pemberian Tuhan yang paling hebat dalam diri saya sebagai pribadi. Dia
memberikan saya kuasa atas kehendak bebas saya. Kehendak bebas saya ini
seringkali membuat saya tidak mendengarkan suara Tuhan sehingga, saya tidak
memiliki suara hati yang murni yang berdasarkan suara Tuhan. Saya diberikan
kuasa oleh Tuhan untuk bebas mendengarkanNya atau bahkan sebaliknya untuk bebas
mengabaikanNya. Kehendak bebas dalam diri saya menyebabkan saya sangat rentan
dengan dosa.
Allah memang maha segalanya. Sempurna.
Tanpa dosa. Sementara itu, diberikannya kehendak bebas itu kepada saya untuk
melihat apakah saya akan tetap setia kepadaNya atau tidak. Tuhan memang maha
segalanya. Jika Tuhan mau segala sesuatu yang jahat, dosa, kesukaran,
kesedihan, dukacita dan semua kekelaman bisa saja dihapuskannya dari muka bumi
ini. Tapi saya yakin, itu hanya rintangan yang akan menunjukkan apakah saya
akan tetap setia dan mengikutnya atau malah jatuh dalam bujuk rayu si Iblis.
Si Malaikat yang telah mendurhaka
kepada Allah Bapa, yang oleh kehendak bebas yang diberikan Allah sehingga,
dengan kesombongannya ia ingin menandingi kekuasaan Allah, telah jatuh kepada
dosa pada mulanya. Dirasukinya siular untuk mencobai manusia agar jatuh juga ke
dalam dosa. Nenek moyang kita Hawa telah jatuh dalam bujuk rayu iblis dan juga
mengajak serta suaminya Adam, Bapa leluhur kita, untuk mendurhaka kepada Allah.
Mereka melanggar firman Allah. Mereka jatuh ke dalam dosa. Jatuh ke dalam dosa
yang merupakan hasil dari kehendak diri (kehendak bebas) mereka juga.
Saya berdosa, kita berdosa. Tapi Allah
yang tidak berdosa oleh karena kemurahanNya ingin melepaskan saya dan kita dari
dosa. Mengampuni. Kita diampuni berarti dihapuskan dari semua sanksi atau
hukuman akibat dosa kita. Darah anak Allah Tuhan Yesus Kristus yang telah
menutupi dosa saya, dosa kita. Kita dan Yesus Kristus telah mati di kayu salib
untuk dosa, dan kemudian bangkit untuk hidup di dalam kekekalan yang dari Allah
Bapa yang Maha Kuasa.
Seharusnya saya tidak takut lagi
kepada maut dan kematian. Karena kasih Allah Bapa telah dinyatakanNya kepada
saya melalui korban penghapus dosa, yakni putraNya sendiri Tuhan Yesus Kristus.
Selama saya masih di dunia ini, dikirimkannya Roh kudusNya untuk menyertai saya
dan menuntun saya agar saya tetap setia sampai pada akhirnya. Tuhan Yesus
berdoa di sisi kanan Allah Bapa, mendoakan saya dan kita semua kepada Allah
Bapa dan juga menyediakan tempat untuk kita semua dalam kerajaan Allah yang
kekal.
Sejak dari kandungan ibu, terimakasih
Tuhan, karena telah memilih saya menjadi pewaris dalam kerajaanMu. Saya yakin,
dalam keterbatasan saya sebagai pribadi, Tuhan Allah akan tetap menyertai saya,
membantu dan menuntun saya untuk tetap setia sampai akhir. Arah saya kepada
Amin yang dari Allah Bapa, melalui perantaraan Anaknya Tuhan Yesus Kristus dan
disempurnakan oleh Roh Kudus. Terpujilah Allah Bapa di surga, Allah Anak Tuhan
Yesus Kristus dan terimaksih Roh Kudus.
Komentar
Posting Komentar